For the First Time being a Teacher!


"Kak, tolongin dong!"
"kak, ini harus diapain?"
"Yang ini caranya gimana, Kak?"
"Kalo udah kayak gini, trus diapain, Kak?"
"Ulang dong, Kak, masih gak ngerti."
"Tolong periksain jawabanku dong, Kak"
"Kak, ini bener nggak?"
"Kak..."
"Kak?"
"Kaaakkk!!!!"

Begitulah kira-kira kalimat yang cukup banyak dilontarkan oleh mereka pada gue.

Ah ya, ini untuk pertama kalinya gue ngajar.
I repeat.
Gue. Ngajar.

Saat ini, gue sedang dalam masa katekisasi (kalo gak tau googling aja). Nah, gue dapet tugas dari pendeta gue untuk melaksanakan tri tugas gereja yaitu koinonia (persekutuan), diakonia (pelayanan) dan marturia (pekabaran injil). Untuk praktek diakonia, beliau menyuruh gue untuk ikut mengajar Adik Asuh, yaitu semacam "sekolah" yang dilayani oleh gereja gue bagi mereka yang kurang mampu. Tadinya gue mau ngajar kelas 1-2 SD aja, tapi dapet tawarannya malah di kelas 6 SD dan kelas 1 SMP, otomatis gue milih yang kelas 6 SD aja HAHA.

Awal disuruh tuh kayak rada takut gitu, takut gak bisa berjalan dengan lancar karena gue payah dalam mengajar apalagi berhadapan dengan anak kecil. H-1, tiba-tiba gue sakit karena kecapekan (selama seminggu terakhir itu gue lagi banyak kegiatan ditambah cuaca lagi jelek banget). Makin dipikirin, gue makin takut. Takut kalo anak-anaknya nanti diem terus gimana yaa, tapi kalo anaknya terlampau aktif juga gue takut chaos dan gak bisa menenangkan kelas dengan baik. Takut juga kalo nanti ternyata anak-anaknya songong karena anak kecil adalah top tier tukang bully bagi gue.

Tapi, begitu gue sampe kelas, gue mulai enjoy. Pelajar yang diajarkan waktu itu IPA dan matematika. Untuk IPA, mereka belajar tentang tumbuhan. Materi ini diadakan di luar dan dalam kelas. Di luar untuk mengamati tumbuhan, di dalam untuk belajar pengelompokan tumbuhan. Untuk matematika sendiri full di dalam kelas karena mereka cuma belajar tentang bilangan pecahan. Selama mengajar, gue bersyukur karena ternyata anak-anaknya menyenangkan dan cukup mudah diatur (walaupun ada yang sedikit bandel tapi masih dalam batas wajar). Mereka mau belajar, rasa keingintahuannya tinggi. Tingkat kepedulian mereka juga tinggi, bisa dilihat dari bagaimana mereka saling bantu waktu dapet tugas.

Pulang dari mengajar, gue jadi sadar betul bahwa guru itu bukan pekerjaan yang mudah. Guru yang baik harus tau gimana cara menghadapi emosi TIAP anak, harus tau gimana cara membangun suasana, harus peka sama anak-anak yang enggan buat nanya duluan dan yang terpenting, harus selalu sabar. Makanya gue gak setuju kalo guru adalah pekerjaan tanpa tanda jasa. Jasa mereka harus dihargai!!! Harus diberi balasan yang sesuai!!!

Terakhir, kegiatan ini juga membuat gue sadar kalo berbagi itu gak melulu dengan uang. tapi kesediaan untuk berbagi ilmu juga sama berartinya.

Hence, while we can, let's give more and inspire people. One day, someone might look at you and say, "because of you, I can fly higher."

Comments

Popular Posts