Pilihan

"Dalam menjalani hidup kamu harus pilih, mau hitam atau putih? Jangan abu-abu."

Pernah mendengar kalimat yang bunyinya persis seperti di atas? Atau kalimat berbeda namun maknanya sama? Kalau saya, cukup sering.

Ya, kita seringkali mendengar berbagai macam pidato mengenai hidup itu pilihan. Dari mulai bangun pagi, kita bisa pilih mau langsung bangun atau tidur lagi. Mau mandi dulu, atau sarapan dulu. Hal-hal sederhana seperti ini seringkali dilupakan, namun kalau direnungi bisa memberi pembuktian bahwa hidup memang pilihan, dan kitalah yang harus memilih. Mau berjalan ke arah mana? Mau menjalani hidup seperti apa yang orang sukai, atau yang kita senangi? 

Satu bulan lagi memasuki tahun ketiga saya belajar di sekolah menengah atas, atau yang biasa disebut Kelas Dua Belas. Tibalah waktu di mana saya harus menentukan ke arah mana saya mau melangkah. Memilih satu di antara berbagai macam pilihan untuk masa depan yang diharapkan bisa lebih baik.

Jujur, dalam beberapa bulan terakhir saya masih belum benar-benar yakin mau melangkah ke arah mana. Masih suka berpikir, sebenarnya apa tujuan saya? Masih suka resah, apakah jalan ini akan membawa saya ke tempat yang lebih baik atau justru ke tempat yang lebih buruk?

Sampai akhirnya saya tiba di sebuah tulisan yang ditulis oleh seorang teman saya. "Mau ke tempat yang kamu senangi atau ke tempat yang hanya untuk prestige semata?" begitu katanya. Saat membaca kalimat ini, saya langsung tertegun. Benar juga, sebenarnya saya belajar itu untuk apa? Apakah atas dasar kesenangan saya, atau untuk sebuah pujian semata?

Sebenarnya, saya sudah memikirkan mengenai hal ini sejak lama, tepatnya sejak lima tahun yang lalu. Saya sudah mencatat apa saja goals yang harus saya capai. Sampai akhirnya, saya mengalami kegagalan untuk yang pertama kali dan hal ini menuntut saya untuk merombak semua rancangan yang sudah saya susun sejak awal. Saya sadar saya hanyalah manusia, mampu membuat rancangan tapi tetap Tuhanlah yang menentukan hasil akhirnya akan seperti apa. Skenario Tuhan memang unik, sangat sulit ditebak. 

Saya pernah mendengar seseorang berkata "Kamu bebas bermimpi, kamu bebas mau jadi apa saja yang kamu mau. Kamu bebas menentukan pekerjaanmu, asalkan kamu mau bertanggung jawab dan selalu berusaha untuk menjadi yang terbaik. Andaikan saja kamu mau jadi satpam, ya boleh saja. Itu hakmu, itu pilihanmu. Tapi, jadilah satpam terbaik yang pernah ada." 

Ya, saya punya mimpi, sekarang saya mulai bisa melihat ke arah mana saya harus melangkah. Tapi, apa saya bisa mencapainya? Dan terlebih lagi, apa saya bisa bertahan? Karena banyak orang berkata "yang tersulit itu bukan memilih, tapi bertahan pada pilihan."

Kekhawatiran itu mulai ada, 
keraguan itu mulai muncul, 
keresahan itu mulai datang, 
ketakutan itu mulai menghantui,
rasa pesimis itu mulai menguasai.

Ternyata benar,
menyemangati orang lain itu mudah,
menasihati orang lain itu mudah,
tapi meyakinkan diri sendiri rasanya cukup sulit.




16 Juni 2017,
nggak bisa tidur karena sedang banyak kunang-kunang yang beterbangan di kepala saya.

Comments

Popular Posts