Seputar 4 Sekawan

Sebelum gue sibuk dengan segala urusan perkuliahan, izinkan gue bernostalgia sebentar. Kali ini gue pengen nulis perjalanan gue pada bulan Juli tahun 2019 ke kota hujan yang tak lain dan tak bukan adalah Bogor. Sebenernya alesan gue dan temen-temen ke Bogor ya karena pengen tetep bisa liburan meski satu orang temen gue harus jadi budak proker di kampus pertanian sana. Maklum, yang namanya jadi panitia OSPEK emang diharamkan untuk bisa liburan. Kali ini gue pergi bareng Ama dan Erlyta, nyamperin-dan tentu saja numpang nginep-di tempat Lisa, daerah Dramaga.

Gue, Ama, dan Erlyta janjian ketemu di Stasiun Kebayoran. Setelah berpamitan dengan orang tua masing-masing, kami langsung pergi menuju peron dan menunggu kereta yang akan mengantarkan kami ke Bogor. Perjalanan dari Jakarta ke Bogor ini alhamdulillah berlangsung dengan damai tanpa drama apapun. Setelah sampe di Stasiun Bogor, kami naik ojek online menuju McD Dramaga, tempat kami janjian dengan Lisa. Setelah mengenyangkan perut, kami naik angkot untuk sampe ke kontrakan Lisa. Karena udah lumayan capek, kami buru-buru mandi dan tidur kecuali Erlyta yang tiba-tiba kepengen jajan (dan sebagai teman yang baik, tentu saja gue dan Ama... nitip jajan).

Keesokan paginya, Ama dan Lisa beli bubur ayam sementara gue dan Erlyta bergantian mandi. Selesai sarapan, kami memutuskan pergi ke Curug Lembah Pelangi yang menurut gambar di Google dan IG Explore terlihat bagus. Dari kontrakan, kami naik angkot sampe ke gapura tanda masuk curug. Dari gapura sebenernya bisa naik ojek, tapi karena default kami berempat adalah super sotoy, kami memutuskan jalan kaki aja. Kami jalan menyusuri rumah warga dan perkebunan mengandalkan Google Maps. Di tengah jalan, kami disambut hangat oleh kawanan soang. Panik dikit, tapi untung si soang gak macem-macem jadi kami bisa lanjut jalan. Pas udah makin jauh, kami makin ragu "ini kapan nyampenya sih? kok kayak gak ada tanda-tanda ada curug?!?!" 


Pas kami akhirnya lanjut jalan lagi, tibalah kami di pintu masuk ...hutan? Dan pas nyoba jalan masuk hutan, tiba-tiba HALOOO puluhan monyet menyambut kami berempat :))) Yang pertama kali nyadar itu Ama, dia ngomong "ANJIR ITU MONYET!!" yang membuat gue kaget karena gue kira dia mengumpat (gue gak pernah denger Ama cursing) tapi ternyata BENERAN ADA MONYET. Gue dan Erlyta masih berusaha memproses kejadian ini, Lisa masih mengamati monyet, dan Ama... lari.

Waktu liat Ama lari, gue refleks ikut lari karena gue takut tiba-tiba si monyet ikut lari juga karena ngeliat Ama lari. NGERTI GAK SIH GUE NGOMONG APA ADUH. Lisa dan Erlyta pun ikut lari.

Pas lagi lari, gue tiba-tiba inget kalo di ujung sana ada soang yang juga menanti kami. Gue refleks nyuruh yang lain berhenti untuk a) ambil napas, b) tidak memprovokasi soang. Setelah merasa napas sudah kembali stabil, kami re-route Google Maps dan kembali melanjutkan perjalanan lewat jalur lain.

Singkat cerita, kami tiba di Curug Lembah Pelangi dan bayar tiket masuk seharga 10 ribu rupiah. Pas jalan ke arah Curug, gue dan yang lain udah membayangkan air curug yang segar dan kami bisa langsung nyebur ke sana. Setelah menuruni sekian banyak anak tangga, ternyata curugnya... kering? Gue, Ama, Lisa, dan Erlyta bener-bener langsung nganga dan berusaha menahan diri untuk tidak mengumpat sehingga kami berempat refleks ketawa, tapi ketawa miris gitu paham gak sih?


Kami memutuskan untuk pergi ke semacam gubuk??? gitu yang ada di deket tangga masuk curug buat istirahat. Di tengah jalan, kami bertemu 2 pasang muda-mudi juga yang terlihat sama apesnya alias sama-sama tertipu pemandangan indah yang ditunjukkan Google. 

Setelah merenungi kesialan kami di seharian penuh ini, kami memutuskan pulang dengan tidak membawa apa-apa selain keringat dan keluh-kesah di kepala. Sebenernya yang paling nyesek itu Lisa sih, karena dia udah izin untuk gak ikut rapat panitia OSPEK demi ke curug yang turns out malah jadi ajang pertemuan dengan soang, monyet, dan kekeringan.


Karena belum berhasil menyeburkan diri ke curug, gue dan Ama-Erlyta memutuskan untuk extend waktu menginap kami dan kembali menjelajah Bogor keesokan harinya (tanpa Lisa, karena dia gak mungkin izin lagi). Gue, Ama, dan Erlyta memutuskan untuk pergi ke Curug Cikuluwung. Perjalanan ke Curug Cikuluwung ini cuma terhalang keadaan kami gak bisa sewa motor (jadi terpaksa naik angkot dan jalan kaki LAGI), tapi selebihnya lancar jaya. 

Sesampainya di Curug Cikuluwung, kami membayar tiket berenang seharga 20 ribu rupiah dan pelampung (karena kami bertiga gak ada yang becus berenang) seharga 10 ribu rupiah. Curug Cikuluwung ini enak banget, soalnya pas lagi sepi dan lumayan bersih. Gazebo tempat kami naro barang ada di atas, deket sama kamar mandi (yang bertarif 3 ribu rupiah) dan warung makan, sementara curugnya ada di bawah dan airnya lumayan jernih (pada saat itu). Sebenernya waktu kami sampe sana ada beberapa pemuda yang ngumpul tepat di bawah air terjun, tapi pas kami bertiga ke sana, mereka ngalah alias langsung pergi dan mempersilakan kami bertiga di sana WKWKWK. 

 

Berhubung kami bertiga sangat payah dalam berenang, jadi kami cuma main-main air gak penting dan foto-foto sebentar. Setelah merasa puas, kami langsung bilas badan dan pulang. NAHHH perjalanan  pulangnya ini yang lumayan PR karena mesti nanjak puluhan anak tangga dan untuk sampai ke jalan raya tuh JAUH BANGET BRO! T___T Gak jarang kami bertiga berhenti sebentar untuk ambil napas *edisi mahasiswa jompo*


Melihat kami bertiga berhasil menikmati segarnya curug, Lisa yang gak bisa ikut itu tentu saja mengumpat. Ratusan kata "anjir" terlontar dari mahasiswa budak proker tersebut HAHAHA. Gapapa soy (sebenernya kami manggil Lisa tuh Lisoy), kapan-kapan kita liburan lagi ya HAHAHA. Meskipun agak jauh dari rencana liburan (di awal banget), tapi at least gue masih bisa seneng-seneng tanpa sosial media. YEAY! Dan yang paling penting, seenggaknya liburan singkat kali ini gue bisa sekalian "olahraga" mengingat setelah lulus SMA gue udah gak pernah olahraga lagi, mentok cuma jalan dari kampus ke halte :D

Comments

Popular Posts